Subscribe:Posts Comments

You Are Here: Home Kerajinan , Profile Perajin Nisan,



Ramai Tiap Bulan Ruwah


Bila melintas di desa Jorongan , Anda dengan mudah menemui rumah bapak M. Kosim perajin batu nisan. Dipayungi terpal atau di belakang rumah dibawah pohon rindang, usaha nisan batu bernilai jutaan rupiah ini, setiap hari tampak beraktivitas. Meski tidak banyak, nisan jenis batu masih dicari masyarakat.

Usaha tersebut rata-rata sudah berjalan puluhan tahun. Seperti yang dilakoni M. Kosim (41), warga Jorongan, Kecamatan Leces, Probolinggo. Ia memulai usaha ini bersama seorang tukangnya, sejak 10 tahun yang lalu dengan berlatih secara otodidak.

"Mula-mula yang memiliki usaha ini adalah orangtua saya. Saya ikut-ikutan. Lama-lama saya bisa membuat sendiri," ujarnya sambil terus menatah bongkahan batu tersebut. Tidak banyak batu nisan yang dibuatnya. Dalam satu bulan dia hanya mampu membuat 4 - 5 nisan saja. Rata-rata satu batu nisan dikerjakan selama 1-2 minggu. "Maklum. Pembantu saya hanya satu. Yang penting bisa melayani pesanan dan tidak nganggur."




Para perajin nisan biasanya mendapat bahan baku dari tanah liat. Pasokan bahan baku ini relatif lancar. Namun jika musim hujan ''beraktivitas'', maka kiriman bahan baku akan tersendat. "Kemarin waktu wabah hujan melandan wilayahnya, pasokan berhenti selama satu bulan.







Ukuran nisan tentu bisa disesuaikan dengan pesanan dan akan ditetapkan harga tersendiri. Rata-rata sebuah batu nisan berukuran panjang 2 meter dijual Rp 350 ribu. Sedang ukuran paling kecil (balita) dijual Rp 150.000.-Konsumennya datang dari sekitar probolinggo dan beberapa kota di Jawa Timur.



Telaten
Menatah tanah liat dari bongkahan menjadi batu nisan bukan perkara mudah karena dibutuhkan ketelatenan dan jiwa seni agar bisa membuat ukiran yang indah. Macam ukirannya pun beragam, di antaranya lung-lungan, wiron, penthol polos, ceplok, dan canden.

Menurut M. Kosim, ukiran yang banyak menjadi favorit konsumennya adalah jenis lung-lungan. "Ini saya sedang membuat nisan ukir lung-lungan, pesanan dari seseorang. Jenis ini memang banyak yang suka," katanya sambil menghisap rokok kretek dalam-dalam.

"Teknik ini lebih lama membuatnya, sehingga harganya juga lebih mahal. Pembeli terkena biaya tambahan Rp 25.000,-" ujarnya.
Nisan batu masih diminati karena perawatannya lebih mudah dan lebih kuat dibanding nisan keramik. "Nisan keramik itu mudah

pecah, saya sengaja tidak menjualnya. Kalau dari tanah liat kan awet," kata M. Kosim
Soal perawatan, Kosim mengatakan, nisan hanya perlu disikat dengan air dan di cat ulang agar tampak seperti baru. Sedangkan nisan keramik, warnanya mudah pudar dan rawan pecah.

Hidup para perajin ini memang terkait dengan kematian. Bila mengharap order meningkat berarti juga mengharap kabar buruk bagi pihak lain. Pesanan mulai ramai bila memasuki bulan Ruwah (menjelang bulan Ramadhan).
"Kalau Ruwahan, saya bisa menjual sampai 20 buah, karena masyarakat Jawa masih setia menjaga leluhurnya. Tapi di luar bulan itu paling hanya 3 - 4 buah saja." katanya.
Bisnis ini terbilang menguntungkan karena konsumen jarang menawar untuk kebutuhan ini.





Tags: Kerajinan , Profile

0 komentar

Leave a Reply