Desa Besuk di kecamatan Besuk yang terletak 25 km ke arah Timur kota Probolinggo. Di Desa besuk Tradisi membuat gerabah sudah dilakukan oleh nenek moyang penduduk Besuk yang berbudaya agraris sejak zaman dahulu.
Seperti kita ketahui Gerabah dibentuk dari bahan baku tanah liat, didapat dari daerah sekitar kampung. Tanah liat dari desa Besuk ini tanpa diolah pun sudah memenuhi syarat sebagai bahan baku gerabah.
Teknik pembuatan pembentukan barancetakan dilakukan dengan teknik pilin yaitu dengan membuat pilinan tanah yang panjang, kemudian dibentuk dengan dilingkarkan dan di tumpuk, sehingga membentuk seperti tabung. Kemudian baru dibentuk lagi dengan tangan sesuai dengan keinginan. Kemudian diketemukan teknik putar yang yang pemakaiannya dibantu oleh kaki atau tangan.
Untuk membuat gerabah berupa anglo (tempat menanak nasi) yang besar dilakukan dengan teknik pukul, yaitu memakai alat pemukul dari kayu yang disebut paddle dan landasannya disebut anvil. Biasanya untuk dasar anglo ini dibuat dengan teknik putar lambat. Untuk memperlebar bentuk, di bagian atas ditambah gumpalan tanah, dari luar di pukul dengan kayu, dari dalam ditahan oleh batu. Dengan demikian tanah lebih dipadatkan dan lebih kuat.
Gerabah yang dihasilkan di desa besuk salah satunya oleh Bapak Raqid Ababil yang memproduksi berbagai bentuk macam gerabah mulai anglo, wajan, dan berbagai macam bentuk untuk alat dapur, kualitas gerabah yang dibuat tidak diragukan lagi, kualitas pasti dijamin ujar Raqid, disaping tahan lama gerabah ini mempunyai nilai tradisional yang tinggi.
Meski kalah dengan peralatan modern, Raqid yakin produksinya tetap mampu bersaing dipasar sebab peminat gerabahnya mempunyai konsumen tertentu terutama dikalangan pedesaan. Setelah gentong terbentuk , untuk lebih indah, ditambah motif hias. Dari zaman dahulu telah dikenal gentong dengan hiasan yang dibuat dari torehan, cungkilan pukulan, dan lain-lain. Hasilnya berbentuk motif geometris, anyaman, tumpal, pilin, dan lain-lain. Ada kalanya dibuat motif baru berupa bunga ceplok yang ditempelkan, biasanya mengelilingi bagian luar gentong. Sejalan dengan perkembangan motif batik, dikembangkan pula motif kangkungan, awan berarak, matahari (berupa titik dengan garis memancar di sekelilingnya).
Seperti kita ketahui Gerabah dibentuk dari bahan baku tanah liat, didapat dari daerah sekitar kampung. Tanah liat dari desa Besuk ini tanpa diolah pun sudah memenuhi syarat sebagai bahan baku gerabah.
Teknik pembuatan pembentukan barancetakan dilakukan dengan teknik pilin yaitu dengan membuat pilinan tanah yang panjang, kemudian dibentuk dengan dilingkarkan dan di tumpuk, sehingga membentuk seperti tabung. Kemudian baru dibentuk lagi dengan tangan sesuai dengan keinginan. Kemudian diketemukan teknik putar yang yang pemakaiannya dibantu oleh kaki atau tangan.
Untuk membuat gerabah berupa anglo (tempat menanak nasi) yang besar dilakukan dengan teknik pukul, yaitu memakai alat pemukul dari kayu yang disebut paddle dan landasannya disebut anvil. Biasanya untuk dasar anglo ini dibuat dengan teknik putar lambat. Untuk memperlebar bentuk, di bagian atas ditambah gumpalan tanah, dari luar di pukul dengan kayu, dari dalam ditahan oleh batu. Dengan demikian tanah lebih dipadatkan dan lebih kuat.
Gerabah yang dihasilkan di desa besuk salah satunya oleh Bapak Raqid Ababil yang memproduksi berbagai bentuk macam gerabah mulai anglo, wajan, dan berbagai macam bentuk untuk alat dapur, kualitas gerabah yang dibuat tidak diragukan lagi, kualitas pasti dijamin ujar Raqid, disaping tahan lama gerabah ini mempunyai nilai tradisional yang tinggi.
Meski kalah dengan peralatan modern, Raqid yakin produksinya tetap mampu bersaing dipasar sebab peminat gerabahnya mempunyai konsumen tertentu terutama dikalangan pedesaan. Setelah gentong terbentuk , untuk lebih indah, ditambah motif hias. Dari zaman dahulu telah dikenal gentong dengan hiasan yang dibuat dari torehan, cungkilan pukulan, dan lain-lain. Hasilnya berbentuk motif geometris, anyaman, tumpal, pilin, dan lain-lain. Ada kalanya dibuat motif baru berupa bunga ceplok yang ditempelkan, biasanya mengelilingi bagian luar gentong. Sejalan dengan perkembangan motif batik, dikembangkan pula motif kangkungan, awan berarak, matahari (berupa titik dengan garis memancar di sekelilingnya).
0 komentar